October 22, 2011

INDONESIA MASIH MEMUNGKINKAN??



Jika kita melihat berita – berita di Koran dan televisi, banyak orang yang melakukan perbuatan perbuatan yang cukup mengerikan. Misalnya, ada orang yang bunuh diri karena tidak lulus ujian sekolah, ada ibu yang membunuh anak – anaknya karena khawatir tidak mampu memberi makan anak anaknya, ada juga orang yang kebingungan menjaga harta yang sudah di kumpulkan bertahun tahun. Inilah fenomena yang saat ini terjadi.
Coba anda beli Koran, lalu baca judul judul berita yang ada disana pasti anda akan menemukan berita berita yang menyangkut masalah korupsi, pencurian, penjambretan, perampokan gaji guru dan lain lain . sebagaimana fenomena ini biasa terjadi? Apakh episode ini sudah menjadi tren?? Atau sedang menjadi tren?.
Sesungguhnya kehidupan kita tengah berada dalam kegelapan, dimana kegelapan itu menyelimuti seluruh sendi sendi kehidupan kita. Dari segi pemerintahan, disana banyak duduk tiran yang korup. Dari segi kehidupan social tengah terjadi kesenjangan hidup dan perilaku negative lainnya.
Pada akhirnya kita seperti dalam hutan sehingga harus senantiasa mewaspadai setiap langkah kita. Karena jika tidak, maka binatang buas akan menerkam dan memangsa kita, makan terjadi hokum rimba, siapa yang kuat dialah yang menang. Itulah sesungguhnya yang tejadi ditanah kita.
Ada apa ini? Apa sebenarnya permasalahan yang di hadapi oleh bangsa kita? Mengapa krisis yang sering di gembor gemborkan pemerintah tidak juga selesai? Mengapa krisis ekonomi tidak juga pulih sehingga menyebabkan Indonesia bagaikan hutan belantara?.
Keterpukan kita menganggapnya, namun kekhawatiran yang berlebihan itulah yang menyebabkan dan kata kata negative itu seakan menjadi perhiasan dan menjadikan senjata utama untuk kita selalu menyalahkan dan mengecam semua orang yang terlibat dalam menghancurkan dan membuat Indonesia dan kehidupan masyarakat terpuruk . “saya menyebutnya ranah pertiwi yang penuh caci”.Banyak motivator motivator dunia, tokoh dunia yang mampu menunjukan karakter untuk bangkit dari keterpurukan. Mengapa Indonesia tidak bias, mengingat kata kata adam Khoo. “ jika orang lain bias mendapat A, maka aku juga bisa, begitu juga Indonesia jika Negara lain bias bangkit mengapa Indonesia tidak. Mulai menanamkan kata semangat itu untuk kebangkita Indonesia.
Harapan itu masih ada kawan, saya yakin itu. Dan anda pun harus yakin kawan. Permasalahan demi permasalahan di negri kita seperti benang kusut, kita perlu menguraikannya dengan perlahan. Bias jadi dampaknya tidak akan kita rasakan pada kehidupan kita, mungkin dampak itu akan dirasakan oleh cucu kita,. Tidak masalah, bukankah lebih baik menjadi orang pertama dan penggerak dari pada hanya terus menerus mengutuk kegelapan yang ada dalam kehidupan kita saat ini.
Saya yakin anda pun merasa ngeri dengan situasi semacam ini. Bahkan hati anda pun merasa terpanggil untuk mencari solusi dalam menghadapi masalah yang sangat komplek ini. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah bagiaman menyelesaikannya? Adakah cara untuk menarik dan menguraikan benang yang kusut ini?.
Tenang dan bersabarlah. Karena saya kita pasti akan menenmukan jalan yang benar. Kenapa? Karena sebuah Negara merupakan kumpulan dari setiap komunitas atas masyarakat. Masyarakat adalah kumpulan dari keluarga.sementara keluarga adalah kumpulan dari individu.
Maka mulailah dari individu dalam membangun karakter, benar apa yang diajarkan oleh ustadz kondang K.H Abdullah gymnastiar, bahwa kita harus membangun pribadi diri kita sendiri terlebih dahulu, kemudaian membangun keluarga kita, sehingga pada akhirnya akan terbentuk sebuah masyarakat yang memiliki karakter, yang nantinya akan membentuk sebuah Negara yang berkarakter.
Tak ada hal yang tak mungkin, bukankah dulu para pendahulu kita juga merasa tidak yakin bahwa sebuah Negara yang bernama Indonesia dapat menjadi sebuah Negara yang berdaulat dan merdeka? Yuk sama sama kita tanamkan kepada diri kita bahwa kita mempunya kekuatan untuk mengubah, minimal mengubah diri kita sendiri ke arah yang lebih baik. Tidak perlu melakukan hal yang besar dulu kita lakukan, atau cakupan yang sangat luas, mulai dari sesuai prosedur saat pembuatan identitas kita, KTP, SIM, dan lain lain.
Namun dalam hal ini penulis tidak bermaksud memnggurui atau tidak, diatas hanya menggambarkan bahwa Indonesia masih memiliki harapan yang sangat banyak untuk menjadi Negara adidaya seperti era era sebelumnya.
Penulis mulai menyoroti para warga Negara Indonesia yang sudah memiliki kemapanan tidak rela kembali dan membangun Indonesia, cukup beralasan memang, tidak dihargai, gajinya kecil, tidak bias berkembang. Itu selalu menjadi factor besar yang menghalangi para ilmuwan kita kembali ke Indonesia. Penulis mulai berfikir memang cukup realistis alas an tersebut karena kita pun memerlukan sarana penopang dan sarana kelengkapan untuk menunjuang kehidupan kita kedepannya.
Miris juga meilhatnya, orang pinter kita bekerja dan berusaha membantu kesejahteraan Negara lain, namun apa mau dikata sudah terjadi. Apa yang terjadi sudah kita bayangkan akhirnya para oportunis Negara Indonesia mulai berkeliaran di dalam bidang kepemrintahan, satu persatu sumber daya kita di grogoti. Perusahaan perusahaan kita di berikan kepada tenaga asing karena kita tidak bias mengelola, berapa banyak tunas bangsa yang bekerja di perusahaan asing dan menjadi para petinggi di perusahaan tersebut. Carut marut perpolitikan kita pun akhirnya di kuasai oleh para opportunis oportunis yang mengatas namakan rakyat.
Pengen ngajak, mahasiswa yang di luar negri yang sudah lulus lekas kembali ke Indonesia dan sama sama memakmurkan negri tercinta ini, berikan sedikit kemampuan kita kepada bangsa kita, mudahan kedepannya kita masih bias mengangkat dada atas nama Indonesia bukan tertunduk malu berbaju garuda.
Teringat pesan bapak mentri pendidikan prof, nuh. Beliau mengatakan “kalau bukan kita yang berharap Indonesia dan berusahan untuk Indonesia siapa lagi”.

0 comments:

Post a Comment