ditengah keramaian masih bendiri memegang microphone setengah ala mahasiswa, keringat bercucuran, suara serak sebab berteriak sepanjang hari, itu lah para pemimpin yang masih memimpikan idealisme untuk kebangkitan bumi pertiwi. kata katanya mampu menggegarkan hati yang takut akan sebuah rezim, kata katanya mampu meruntuhkan moral para penguasa, kata katanya mampu merubah penjahat jadi baik, hingga ia mamupu turun untuk sebuah kebaikan.
melihat pagar tinggi pemerintahan, melihat dusta para pemimpin, melihat para pejabat bengis ia langsung singsingkan tangan menentang bak punggawa perang.
tuhan pun berkata, "tidak ada seseorang yang mengaku beriman yang tidak di uji". diberikannya segenggam jabatan, namanya mencuat meroket di atas langit indonesia. pertemuan biasa penuh dengan birokrasi, jadwal mulai tertata rapi. penghasilan yang cukup tinggi, bahkan terbilang mewah. berbuih ia mengatakan janji ketika pemilihan, berantas korupsi, kolusi, nepotisme. jadi nyanyian indah yang ternyata berubah sumbang saat ia tumbang dengan loby loby para pengusaha.
mulai mengemis, meminta jatah sumabangan. merengek bahkan pukul memukul sebab tidak kebagian jatah, mulai terbang yang sebelumnya hanya menggunakan bis umum kemana mana, yang biasa tidur beralaskan karpet di era kemahasiswaan. kini beralaskan kasur raja yang penuh kenyamanan. jarak indonesia dan negara lain begitu, mumpung pakai uang negara katanya.
setiap akan berakhirnya jabatan , mulai sibuk sikut kiri sikut kanan demi jabatan di periode berikutnya, kembali memasang topeng berasaskan nasionalisme, agamis, bahkan penuh keberanian laksana tidak takut menghadapi penguasa.
tertawa di balik topeng berselimut warna warna partai, kata bang hari rusli, "dut badut badut jaman sekarang". di kabar kabar nasional dan lokal bak pemimpin yang penuh idealisme, di balik kantor kenyamanan ia jadi opportunis, pengemis kemewahan dan kegemerlapan.
kritik dan kata ingat, dianggap sebagai sebuah ketidak sukaan atau dengki, padahal kau sudah lupa diri. hey kawan, mana idealisme saat kau memakai seragam mahasiswa, hey kawan mana idealisme saat kau berubah menjadi seorang agamawan, hey kawan mana idealisme saat kau di hinggapi kegemerlapan.
HEY KAWAN MANA IDEALISME SAAT KAU MENJADI NEGARAWAN.
idelisme ku diambang senja, sampai ajal tiba.










0 comments:
Post a Comment