DPR selalu menjadi bahan perbincangan hangat akhir akhir ini. apalagi terkait kunjungan kunjungan keluar negrian yang membuat dilema di tengah masyarkat kita, karena begitu banyak menggunakan keuangan negara untuk menuntaskan misi " study banding" yang hasilnya tidak pernah kita lihat mampu merubah perekonomian, system perundangan, ketatanegaraan, bahkan kehidupan rakyat indonesia.
salahkah study banding? salah kah mengambil pelajaran dari negara lain bagaimana merancang dan memakmurkan sesebuah negara?. juga tidak kita lupakan salahkah masyarakat untuk menggugat?. pertanyaan ini yang selalu di gulirkan tentang kesalahan kunjungan, kesalahan menggunakan uang devisa negara yang diperas dari keringan rakyat seluruh indonesia.
isu terbaru kunjungan ketatanegaraan ke yunani, yang dianggap melecehkan martabat bangsa indonesia karena belajar etika dan tatakerama dari negara lain.apakah tidak cukup dengan keramahan indonesia? apakah tidak cukup dengan keluruhan budi rakyat indonesia? apakah tidak cukup pancasila melambangkan etika yang ditanamkan oleh para pendahulu kita, dalam sila "kemanusian yang adil dan beradab" senantiasa dipertanyakan. dibawah ini menunjukan beberapa data kunjungan para menak indonesia :
1. Kunjungan Komisi I DPR ke Amerika Serikat 1-7 Mei 2011 menghabiskan anggaran Rp 1.405.548.500
2. Kunjungan Komisi I DPR ke Turki 16 –22 April 2011 menghabiskan anggaran Rp 879.908.000
3. Kunjungan Komisi I DPR ke Rusia menghabiskan anggaran Rp 1.286.713.750
4. Kunjungan Komisi I DPR ke Prancis menghabiskan anggaran Rp 944.593.250
5. Kunjungan Komisi I DPR ke Spanyol menghabiskan anggaran Rp 1.201.826.500
6. Kunjungan Komisi X DPR ke Spanyol 24 – 30 April 2011 menghabiskan anggaran Rp 1.320.374.500
7. Kunjungan Komisi X DPR ke China menghabiskan anggaran Rp 668.730.500
8. Kunjungan Komisi VIII DPR ke China 17-24 April 2011 menghabiskan anggaran Rp 668.730.500
9. Kunjungan Komisi VIII DPR ke Australia menghabiskan aggaran Rp 811.800.250
10. Kunjungan BURT DPR ke Inggris 1-7 Mei 2011 menghabiskan anggaran Rp 1.574.638.500
11. Kunjungan BURT DPR ke Amerika Serikat menghabiskan aggaran Rp 1.966.986.500
Total anggaran yang digunakan kunjungan kerja DPR selama masa reses (8 April-8 Mei 2011) adalah Rp 12.730.087.250. detiknews.
sungguh angka yang mencengangkan, namun dengan hasil yang kurang maksimal. penulis tidak bisa menkritik lebih jauh apakah itu benar atau salah, namun solusi yang ditawarkan penulis beberapa berikut. pelajar indonesia yang berada di luar negri sungguh banyak jumlah bahkan memiliki cabang negara yang cukup luar, dikatakan seantero dunia indonesia memiliki pelajar.
berbekal pengalaman mahasiswa indonesia di asutralia bagaimana mereka menyambut kedatang dpr, pastinya bukan tujuan untuk memperkecilkan atau tidak menghormati para anggota, penulis berfikir itu adalah beban moral yang sudah diamanhkan kepada pelajar indonesia diluar demi menyumbangkan sebuah usaha demi Indonesia. saya ucapkan salut kepada mahasiswa indonesia di australia.
bahkan pelajar indonesia sudah memiliki wadah yang baik untuk selalu berkejasama dan bergabung bersama pelajar pelajr indonesia lain dengan nama PPI (persatuan pelajar Indonesia) ada australia, malaysia, singapore, thailand, taiwan, china, jepang, america, london, jerman, maroko, tunisia, dan banyak lainnya lagi. sebgai jembatan atas nama rakyat indoneisa untuk menyampaikan dan mengawasi setiap kunjungan para perwakilan indonesia dengan bekerja sama dengan kedutaan besar dimana pelajar berada. tentunya juga para kedutaan harus selalu siap membantu dan mendukung penuh partisiasi mahasiswa dalam rangka memberantas kunjungan keluar negri yang tidak bermanfaat, dan pastinya setiap kunjungan resmi dpr akan tertulis di kedutaan negara mana yang di kunjungi, kecuali kunjungan 50:50.
saran saran untuk anggota dpr yang berkunjung :
1. setiap kunjungan dpr, seharusnya pelajar bisa bertemu dan bisa menanyakan hal tersebut kepada para anggota, apa yang mereka dapat dari kunjungan tersebut, sehingga kita bisa mengetahui sejauh mana manfaat kunjungan tersebut dan hasil kunjungan.
2. menanyakan kepada kedutaan terkait untuk informasi apakah memang disana menjadikan tempat kunjungan kerja yang bisa dijadikan pelajaran bagi indonesia. atau jika tidak bisa berkonsultasi dengan pelajar yang berada di negara tersebut, sehingga kunjungan memang efisiens dalam urusan waktu dan sebagainya. minimal bugdet bisa dikurangkan
3. pelajar merekomendasikan tempat terkait kunjungan kerja
4. dan meminta kepada para anggota dpr tersebut menyampaikannya kepada publik apa yang mereka dapat setibanya para anggota dpr di indonesia.
5. dan langkah terakhir kita jika kunjungan tersebut hanya berupa kunjungan wisata mengatasnamakan kunjungan kerja, media eletronik, jejaring social bisa melaporkan kepada masyarakat bahwa para anggoa tersebut jauh melewati batas kunjungan.
mudahan dengan peran tesebut, akan mengurangi dampak kunjungan yang kurang bermanfaat dari para anggota drp.
saatnya berbakti untuk negri..



















