Pada saat ini, baik di media cetak atau media elektroik yang lain tidak bosan – bosannya issue tentang terrorist dibahas, mulai dari jaringan, pelaku, sampai dengan target yang mereka akan capai menjadi bahan perbincangan. Mereka mengundang tokoh tokoh yang mumpuni dalam bidang perterorisan. Namun di sebalik itu, ada hal – hal yang telihat ganjil dalam kacamata awam.
Satuan kepolisian anti terror pun dibentuk, misalnya densus 88. Dilatih untuk menangkap dan mengejar para terrorist. Mengawali karir mereka dengan memburu dokter azhari dan nurdin M top yang akhirnya mereka berhasil menangkap diteruskan dengan membunuh mereka di tempat. Dari data data yang mereka tinggalkan akhirnya terbogkar jaringan jaringan yang telah direkrut oleh gembong istilah para kepolisian.
Pemburuan demi pemburuan mereka lakukan, DPO pun mulai dipampangkan. Satu persatu mereka tangkap. Yang sangat disesalkan mereka yang menjadi tersangka menurut pandangan para polisi adalah para alim ulama, ada juga yang menandakan ciri – ciri orang islam, misalnya berjenggot, lulusan pesantren. Atau mereka yang telah membantu perjuangan di afganistan atau dikaitkan dengan al qaeda pimpinan usama bin laden. saya menegaskan kembali islam is not terorist . sebutkan saja nama golongan mereka, karena ajaran islam tidak mengajarkan untuk membunuh orang atau menghancurkan tempat lain.
kita lihat fakta sejarah, rasulullah memerintahkan untuk tidak membunuh orang yang sudah menyerah atau tidak melakukan perlawanan,wanita dan anak kecli dan tidak menghancurkan tempat ibadah.
Pada periode awal densus 88 khusunya. Mereka hanya menembak DPO yang sudah mereka incar sejak awal pencarian. Namun belakangan ini hukumnya telah berubah, jika melakukan perlawanan tembak di tempat. Bisa jadi mereka tidak bersalah,dalam tanda kutip tidak melakukan aksi perterorisan atau masuk dalam jaringan. Tapi korban penembakan pun tidak bias diinterogasi. Betulkah ia terlibat?? Betulkan ia masuk dalam jaringan?? Sehingga kasus menjadi buram. Karena tidak tahu kepastian apa yang mereka peroleh dari kesaksian jasad yang sudah membujur. Masyarakat pun menjadi pencuriga setiap ada orang yang tidak dikenal tinggal dikawasan mereka. Setiap ada perkumpulan mereka laporkan kepada pihak yang berwajib. Orang yang dituduh terrorist pun bias ditembak atau ditangkap.
Jadi, apa bedanya dengan era president soeharto di zaman orde baru. Setiap orang yang berkumpul dicurigai. Setiap yang dicurigai melawan pemerintah mereka tangkap namun konteknya berubah menjadi terrorist bukan lagi melawan pemerintah. Bias jadi mereka tidak terlibat, kitapun tidak tahu apa yang terjadi dalam interogasi yang mereka lakukan. Bias jadi hanya synopsis atau penyimpulan yang salah dalam menentukan DPO.buktinya tejadi salah penangkpan!!!!!. Bias jadi itu hanya akal akalan orang atas atau ada pendomplengan poltik dan intrik yang bermain dibelakang mereka yang sengaja menyudutkan golongan lain. Perampokan yang tejadi akhir akhir ini pun tidak luput dikaitkan dengan perterorisan karena diakhiri dengan pembunuhan beberapa anggota kepolisian, padahal bias jadi gerakan mereka murni untuk merampok tidak ada tujuan lain. Nama abu tholut pun mencuat bak artis yang sedang naik daun. Setiap hari jadi perbincangan, jumlah yang mereka rampok hanya beberapa ratus juta, pihak yang berwenang pun mengeluarkan kekuatan penuh untuk menangkap mereka. Sungguh terbalik di mana banyak para anggota dewan dan para pejabat, mereka melakukan korupsi yang jumlah sampai triliunan mereka tidak mengeluarkan seluruh tenaga untuk menangkap atau membongkar jaringan para koruptor. Uang yang mereka korupsi sudah membunuh banyak hak. Misalnya pendidikan orang miskin, perut orang miskin. Bahkan nyawa mereka telah terbunuh karena mereka tidak bias membiayai biaya pengobatan penyakit mereka. Mengapa mereka pun tidak ditembak ditempat??.para koruptor pun musuh Negara mengapa mereka tidak disingkirkan. Di sisi lain kasus poso, tanjung periuk yang banyak memakan korban sampai beribu ribu orang menjadi korban. Mereka tidak mengusutnya. Terlihat ada keganjilan yang sangat menonjol mencuat. Bahkan disiaran TV one semalam, seorang perwira polisi mengatakan jika mereka sudah menyerang operasi gabungan antara Militer, kepolisian, dan masyarakat akan dijadikan daerah operasi militer, akankah kisah masa silam yang tejadi di aceh terulang lagi??. Berapa banyak manusia lagi yang akan dikorbankan?? Jika hal itu dilakukan.
setiap asap pasti ada apinya, pembunuhan yang terjadi baru baru ini di sumatera, harus di selidiki asal mula penyebabnya, bukan langsung menuduh itu perbuatan terorist. mungkin mereka mengungkapkan rasa ketidak puasan terhadap kinerja para aparat. atau pun ada hal yang la
in yang menyebabkan mereka melakukan hal tersebut.
kini, Perlahan lahan hak untuk berkumpul mulai berkurang, perlahan lahan orang yang bersenjata kembali berkuasa. Perlahan lahan reformasi dan kebebasan kita akan disunat seperti dizaman orde baru.










0 comments:
Post a Comment