Alinea IV Pembukaan UUD 1945:
“…membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa…”
“…Menlu dan jajaran pegawai Kemlu merupakan garda terdepan dalam perlindungan WNI di luar negeri.”
(Pernyataan Menteri Luar Negeri pada Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi I DPR, 2 Desember 2009)
“…Yang paling penting, kebijakan luar negeri Indonesia, dan bahkan setiap Diplomat Indonesia, akan terus dipandu dengan prinsip keberpihakan dan perlindungan WNI. Tanpa kecuali.”
(Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri, 8 Januari 2010)
itulah kata yang menarik untuk Kawan-Kawan dan sodara kita yang rela mengorbankan nyawa dan raga untuk keluarga tercinta. Mereka rela mengadu nasib tanpa petunjuk yang jelas, kejelasan yang di makan oleh para tetangga yang kejam, petugas yang tidak berprikemanusian dan himpitan yang sangat mendesak, sehingga tidak ada pilihan lain kecuali iya dan aku bekerja.
3.075.104 juta tenaga kerja indonesia diluar negri yang sudak melaporkan diri menuju perwakilan republik indonesia di masing masing negara, menurt data statistik 7 juni 2011. dengan jumlah aliran dana menuju indonesia sebanyak 7,2 miliar dollar. luar biasa besar untuk menjadi pahlawan devisa negara.
sering kali kita melihat dan mendengar baik di majalah cetak maupun elektronik kebanyakan yang menjadi Kambing Hitam adalah negara tempat di mana Sodara kita bekerja, padahal akar permasalahan bagaiaman ia bisa melepasi Indonesia dan menuju tempat Mereka bekerja,Melalui siklus keberangkatan tenaga kerja seharusnya, semua tenaga kerja harus melalui bidang kordinasi Bnp2tki, dan saat kembali pun siklusnya akan melalui Bnp2tki. jadi jumlah pendataan para tenaga kerja kita akan dicatat oleh instansi tersebut.
pertanyaannya?? bagaimana tahap penyeleksian lembaga swasta yang akan memberangkatkan Pahlawan devisa kita keluar negri, sehingga banyak ditemukan Pahlawan kita terkapar tidak bisa membaca tulis di luarnegri, terkapar tanpa keterampilan yang memadai untuk seorang Pahlawan. penempatan tenaga kerja muslim di tempat non muslim sehingga sesuatu yang mereka dulu tidak bayangkan untuk dilakukan terpaksa menyentuh hal tersebut.naif sodara sodara
teringat film sang pemimpi, berlarilah kawan dan berlarilah, berlari tanpa dokumentasi, Kosong akhirnya, tidak berizin. merindukan pekerjaan dimana majikan tidak menghiraukan ijin tersebut, tidak di gaji hal biasa, mengadu dengan siapa??. padahal anak masih dalam usia muda, masih memerlukan bantuan orang tua untuk bisa maju mendukung sang orang tua serta memerdekaannya dari ketidak jelasan. saat pengaduan menjadi malapetaka, deportasi tanpa pekerjaan yang jelas akan dilakukan diindonesia, menambah statistik pengangguran. uh pusing akhirnya kita.
saat akan melakukan perjalan pergi, pembuatan paspor di masing masing imigrasi menjadi surga para durjana mengais rejeki, di lambatkan demi sebuah upah lebih illegal sang pengais, medical check up, kartu keluarga, dan lain lain seakan tidak berharga jika datangnya dari kita. uh padahal semua dokter dan suster belajar dari buku yang hampir sama, cuman aplikasi yang berbeda, akhirnya menjadi jurang tidak diterima hasil tersebut, tiket pesawat yang dilambungkan, di jual ketempat hiburan malam, di lemparkan ketempat yang tidak seharusnya, MEREKA ITU SIAPA?? orang orang yang selalu ada di dekat kita, berbendara merah putih yang sama, dan berasal dari tumbuhnya padi lingkaran kampung kita.
sampai dibandara, kita melihat mereka seakan pengotor bandara, tertidur beralaskan ubin bandara menunggu keberangkatan pesawat yang jadwal terbangnya terkadang mereka tidak tahu. naif berjam jam beralaskan ubin.
uh leganya mereka saat mereka mengudara dengan pesawat tujuan negara masing masing. terbayang gunungan emas terbayang harta melimpah dari luar negara. mereka datang tanpa persiapan bahasa, terbengong bengong tidak paham bahasa, cambukan jadi pengingat mereka karena tidak mengerti, tanparan sebagai ikatan supaya mereka menurut kepada majikan, tidak paham bahasa lantas apa yang mereka bisa mengerti, lambat laun mengerti tapi menunggu saat berapa luas dan panjangnya memar di tubuh mereka. karena dianggap ketidak patuhan pdahal ketidak pahaman.
eh siapa bilang semua seperti, ya ada juga yang mendapatkan emas di negri lain, tapi seberapa banyak yang bisa kita hitung dari mereka??..
kembali ke indonesia berjuta mata liar mulai mengintai, hilangnya sebuah kartu keberangkatan bisa jadi rupiah untuk mereka, ketidak tahuan mereka dari barang barang larangan menjadikan MATA KERANJANG HIJAU bagi MEREKA, laluan Birokrasi panjang jadi seakan siratul mustaqim jilid DUNIA. akhirnya mereka pulang tanpa membawa harta, hanya membawa derita dan ketidakpuasan yang berkepanjangan. siapa MEREKA?? orang orang kita, yang berbahasa sama, berbendera sama dan terkadang berdarah sama.
lantas kita seakan Kanibal di Era MODERN memakan sesama satu sama lain. pikirkan jika dari keluarga kita menjadi bagian kekecewaan, ketidak adilan yang Bernama DRAKULA ATAS Nama PANCASILA...semoga seperti bait bait sang OI, BUKTIKAN BAHWA PANCASILA BUKANLAH RUMUS KODE BUNTUT YANG HANYA BERISI KHAYALAN< YANG HANYA BERISI HARAPAN...never give up sodara sodaraku sebangsa dan setanah air, semoga masih ada manusia yang berjiwa PANCASILA yang masih mengharapkan kedatanganmu sebagia keluarga yang dirindukan dan keluarga Manusia yang memerlukan satu sama lain.
















